Pelatihan Guru : Kompentensi Pedagogi Tingkat Dasar 32 JP


Pelatihan Guru : Kompentensi Pedagogi Tingkat Dasar 32 JP
sertifikat-pelatihan-kompetensi-pedagogik-tingkat-dasar-32-jp
Sertifikat Pelatihan Kompentensi Pedagogi Tingkat Dasar 32 JP


Pedagogi dapat diartikan sebagai suatu cara dalam mengajarkan ilmu kepada peserta didik agar dapat diterima dengan baik.

Mata Pelajaran yang Anda ajarkan dapat diibaratkan sebagai sebuah tanah liat. Bagaimana cara Membentuk tanah liat tersebut agar menjadi sebuah benda yang bermanfaat merupakan arti dari Pedagogi.

Setiap cara yang Anda berikan Antara satu Kelompok maupun masing-masing siswa/I tentunya berbeda. Karena Setiap Siswa/I memiliki cara pandang dan Daya tangkap yang berbeda untuk sebuah Mata Pelajaran atau ibarat kata bentuk tanah liat yang diinginkan juga berbeda-beda. 

Harapan kami, setelah Anda menyelesesaikan pelatihan ini dapat menambah Pemahaman Anda terkait dasar-dasar Kompetensi Pedagogik.

Pelatihan ini akan berlangsung selama 32  JP (Jam Pelajaran) menggunakan skema pembelajaran self paced / waktu ditentukan berdasarkan kecepatan masing-masing peserta.

Anda dapat mengikuti pelatihan ini secara gratis. Jika Anda membutuhkan sertifikat pelatihan, silahkan Klick Tombol Kuning untuk mendapatkan sertifikat pelatihan. Pengelola akan mengirimkan sertifikat maksimal 24 jam.

Pelatihan ini merupakan pelatihan tingkat dasar pedagogik. Sehingga, pelatihan ini hanya Fokus pada Metode Mengajarkan dan Aktivitas Pembelajaran. Sedangkan Penilaian Pembelajaran dapat Anda ikuti pada Pelatihan pada link berikut ini.

Konsep dan Urgensi Pedagogik di Pembelajaran 6 JP

Pedagogik merupakan sekumpulan Metode Mengajar (Apa yang Pendidik Lakukan), Aktivitas pembelajaran (Apa saja yang Pendidik minta agar murid untuk melakukan sesuatu), serta Penilaian Pembelajaran (Proyek, Tugas dan berbagai cara untuk mengukur capaian siswa/i).

Pedagogi mencakup pendekatan pengajaran yang komprehensif, mengintegrasikan metode pengajaran, strategi penilaian, dan penanaman lingkungan belajar yang kondusif.

Maknanya tidak hanya terletak pada penyebaran pengetahuan tetapi juga dalam menumbuhkan pemikiran kritis, keterampilan memecahkan masalah, dan semangat untuk belajar sepanjang hayat.

Pendidik juga dapat mengadopsi pendekatan yang berpusat pada siswa, dengan memasukkan skenario pemecahan masalah kehidupan nyata ke dalam kurikulum. Contoh studi kasus yang dapat diterima oleh Siswa/i yakni terkait permainan dan kegiatan mereka sehari-hari.

Di sini, pedagogi tidak terbatas pada menciptakan ruang kelas, namun meluas untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendalam dan menarik. Caranya, melalui kegiatan kelompok dan eksperimen langsung menjadi komponen integral dari proses pembelajaran.

Dampaknya menjadi jelas ketika siswa tidak hanya memahami konsep-konsep ilmu, tetapi juga mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang penerapannya di dunia nyata.

Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip pedagogi yang memenuhi beragam gaya belajar, pendidik memberdayakan siswa untuk mengambil peran aktif dalam perjalanan belajar mereka.


Pengantar Kecerdasan Manusia 2 JP

Interaksi antara ilmu pedagogi dan teori kecerdasan manusia merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.
 
Seperti yang digambarkan oleh Kecerdasan Ganda Gardner, metode pengajaran yang beragam dan disesuaikan perlu disesuaikan dengan Siswa/i.
 
Dengan mengenali dan mengakomodasi beragam kekuatan kognitif siswa, pendidik dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendorong perkembangan kecerdasan manusia secara holistik.
 
Hal ini tentunya tidak mudah, karena setiap Siswa/i memiliki keunikannya sendiri-sendiri. Terlebih lagi jika Pendidik memiliki kelas dengan kondisi Siswa/i yang lebih beragam.
 
Teori Gardner berpendapat bahwa kecerdasan bukanlah suatu entitas tunggal tetapi serangkaian entitas yang berbeda.
 
Kedelapan kecerdasan tersebut meliputi kecerdasan linguistik, logika-matematis, spasial, musikal, kinestetik-jasmani, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik.
 

 
Sinergi antara pedagogi dan kecerdasan ini terletak pada kemampuan metode pembelajaran yang dirancang dengan baik untuk memenuhi beragam kekuatan dan preferensi peserta didik.

Misalnya saja kecerdasan linguistik. Pendekatan pedagogi yang mengintegrasikan penyampaian cerita, diskusi verbal, dan tugas tertulis secara efektif melibatkan pelajar dengan bakat linguistik yang kuat.
 
Sebaliknya, bagi siswa dengan kecerdasan kinestetik jasmani yang menonjol, aktivitas langsung, permainan peran, dan proyek interaktif menjadi hal terpenting dalam mengoptimalkan pengalaman belajar mereka.

Hubungan antara pedagogi dan kecerdasan manusia paling jelas terlihat dalam pengembangan kecerdasan intrapersonal dan interpersonal.
 
Strategi pedagogis yang mendorong refleksi diri, penetapan tujuan, dan kolaborasi tidak hanya meningkatkan kinerja akademik tetapi juga berkontribusi pada pengembangan kecerdasan emosional dan keterampilan sosial.

Kecerdasan Linguistik dan Musik 4 JP

  • Siswa/i dengan Kecerdasan Linguistik

Siswa yang memiliki kecerdasan linguistik menunjukkan keunggulan dalam tata bahasa. Mereka unggul dalam membaca, menulis, dan komunikasi verbal.

Di ruang kelas, mereka unggul saat berdiskusi, mengartikulasikan pemikiran mereka secara efektif, dan unggul dalam tugas-tugas yang melibatkan pemahaman bacaan dan ekspresi tertulis.

Meskipun kecerdasan linguistik merupakan aset berharga, siswa dengan fokus linguistik dominan mungkin menghadapi tantangan dalam mata pelajaran yang memerlukan penalaran spasial atau matematis.

Konsep atau mata pelajaran abstrak yang sangat bergantung pada representasi visual (Pelajaran Menggambar dan Bangun Ruang) dapat menimbulkan rintangan bagi mereka.

  • Siswa/i dengan Kecerdasan Musik

Di sisi lain, siswa/i dengan kecerdasan musikal memiliki kepekaan yang tinggi terhadap ritme, melodi, dan pola musik.

Orang-orang ini sering kali menunjukkan kemampuan luar biasa dalam memahami dan menciptakan musik. Mereka mungkin unggul dalam memainkan alat musik, menyusun melodi, atau menunjukkan kepekaan nada dan nada yang tajam.

Di kelas, mereka mungkin berkembang dalam aktivitas yang berhubungan dengan musik, atau terkadang jika tidak tersalurkan secara positif, mereka akan berekspresi tidak pada tempatnya (Bernyanyi dan memukul-mukul meja).

Demikian pula, siswa/i yang memiliki kecerdasan musikal mungkin mengalami kesulitan dalam mata pelajaran yang sangat bergantung pada penalaran logis-matematis atau spasial.

Sifat terstruktur dan berurutan dari beberapa disiplin ilmu mungkin menimbulkan tantangan, mengharuskan pendidik untuk memasukkan unsur-unsur musik atau menawarkan metode alternatif untuk meningkatkan pemahaman Siswa/i yang bersangkutan.

Kecerdasan Logis dan Kinestetik 4 JP

  • Siswa/i dengan Kecerdasan Logikan atau Matematis

Siswa/i dengan kecerdasan logis-matematis yang kuat menunjukkan keterampilan analitis dan pemecahan masalah yang luar biasa.

Mereka unggul dalam mengenali pola, membuat koneksi, dan menghadapi tantangan dengan pola pikir yang sistematis.

Dalam lingkungan akademis, siswa-siswa ini sering kali menonjol dalam mata pelajaran seperti matematika, sains, dan disiplin berbasis logika.

Mereka dapat memahami konsep-konsep abstrak, unggul dalam pemikiran strategis, dan berkembang dalam lingkungan yang memerlukan penalaran terstruktur.

Meskipun kecerdasan logis-matematis merupakan aset berharga, siswa dengan kecenderungan kuat dalam bidang ini mungkin menghadapi tantangan dalam mata pelajaran yang menuntut pendekatan yang lebih kreatif dan intuitif.

Tugas-tugas abstrak atau terbuka mungkin menimbulkan kesulitan, sehingga memerlukan strategi pengajaran yang bervariasi untuk mendorong pemikiran divergen dan pemecahan masalah yang kreatif.

  • Siswa/i dengan Kecerdasan Kinestetik
Siswa/i dengan kecerdasan kinestetik memilih cara ampuh melalui pengalaman langsung, aktivitas fisik, dan tugas interaktif.
 
Di kelas, siswa-siswa ini mungkin unggul dalam mata pelajaran yang melibatkan gerakan, seperti pendidikan jasmani atau eksperimen sains.
 
Mereka sering menunjukkan keterampilan praktis yang kuat dan mendapat manfaat dari lingkungan belajar yang menggabungkan unsur-unsur sentuhan.
 
Demikian pula, siswa yang sangat selaras dengan kecerdasan kinestetik mungkin menghadapi tantangan dalam mata pelajaran yang memerlukan waktu diam yang lama atau tugas yang sebagian besar berfokus pada pemahaman teoretis.
 
Lingkungan kelas tradisional yang menekankan pembelajaran pasif mungkin tidak sepenuhnya melibatkan siswa, sehingga menyoroti perlunya metode pengajaran yang dinamis dan berorientasi pada gerakan.

Kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal 4 JP

  • Siswa/i dengan Kecerdasan Interpesonal
Siswa/i dengan kecerdasan interpersonal yang kuat, unggul dalam memahami dan menavigasi dinamika sosial.
 
Mereka memiliki kemampuan tinggi untuk berempati, berkomunikasi secara efektif, dan berkolaborasi dengan orang lain.
 
Dalam lingkungan akademis, para siswa ini sering kali menonjol dalam aktivitas kelompok, peran kepemimpinan, dan proyek yang melibatkan kerja sama.
 
Mereka berkontribusi positif terhadap lingkungan kelas, menumbuhkan rasa kebersamaan dan kerja tim.
 
Meskipun kecerdasan antarpribadi adalah aset yang berharga, siswa yang sangat selaras dengan kecerdasan ini mungkin menghadapi tantangan dalam situasi yang memerlukan fokus individu atau tugas sendirian dalam waktu lama.
 
Mereka mungkin merasa sulit untuk berkembang dalam lingkungan yang menekankan kerja mandiri, sehingga memerlukan strategi pengajaran yang bervariasi untuk mendorong konsentrasi dan pembelajaran mandiri (self learning).
 
  • Siswa/i dengan Kecerdasan Intrapersonal
Siswa/i dengan kecerdasan intrapersonal menunjukkan pemahaman mendalam tentang pikiran, emosi, dan motivasi mereka sendiri.
 
Mereka reflektif terhadap diri sendiri, memiliki kemampuan introspektif yang kuat. Dalam konteks akademis, siswa-siswa ini mungkin unggul dalam tugas-tugas yang memerlukan pemikiran mandiri, motivasi diri, dan penetapan tujuan.
 
Mereka sering kali menunjukkan rasa kesadaran diri yang tinggi, sehingga memungkinkan mereka menavigasi perjalanan akademis pribadi mereka dengan otonomi.

Sebaliknya, siswa dengan kecerdasan intrapersonal yang dominan mungkin mengalami kesulitan dalam aktivitas berorientasi kelompok yang menuntut interaksi sosial dan kolaborasi yang ekstensif.

Agar Siswa/i dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya, Guru dapat mengambil peran dengan menempatkan Siswa/i dengan kecenderungan intrapersonal untuk menjadi anggota kelompok.

Kecerdasan Spasial dan Naturalistik 4 JP

  • Siswa/i dengan Kecerdasan Spasial
Siswa/i yang diberkahi dengan kecerdasan spasial yang kuat menunjukkan kemampuan yang tinggi untuk memahami, memanipulasi, dan menafsirkan informasi visual.
 
Mereka unggul dalam tugas-tugas yang memerlukan gambaran mental, penalaran spasial, dan pemahaman tentang hubungan spasial.
 
Dalam lingkungan akademis, para siswa ini sering kali menonjol dalam mata pelajaran seperti geometri, geografi, dan karya seni.
 
Kapasitas mereka untuk memvisualisasikan konsep memungkinkan mereka melakukan pendekatan pemecahan masalah dengan perspektif yang unik dan kreatif.
 
Siswa/i yang sangat tertarik pada bidang ini mungkin menghadapi tantangan dalam mata pelajaran yang menuntut penalaran verbal atau linguistik.
 
Tugas-tugas yang membutuhkan ekspresi atau pemahaman verbal yang terperinci mungkin menimbulkan kesulitan, sehingga menekankan perlunya pendekatan pembelajaran visual.
  • Siswa/i dengan Kecerdasan Naturalistik
Siswa/i dengan kecerdasan naturalistik yang menonjol memiliki hubungan yang mendalam dengan alam.
 
Mereka menunjukkan kesadaran yang tajam terhadap organisme hidup, pola alam, dan fenomena lingkungan.
 
Dalam konteks akademis, para siswa ini berkembang pesat dalam biologi, ilmu lingkungan, dan disiplin ilmu lain yang berkaitan dengan studi tentang alam.
 
Kemampuan mereka untuk mengenali dan mengkategorikan unsur-unsur di alam berkontribusi pada pemahaman holistik tentang konsep ekologi.

Sebaliknya, siswa yang sangat selaras dengan kecerdasan naturalistik mungkin menghadapi tantangan dalam mata pelajaran yang memerlukan penalaran abstrak atau simbolik yang tidak berhubungan dengan alam.

Mereka mungkin merasa kesulitan untuk terlibat dengan topik-topik yang tidak terkait langsung dengan lingkungan.

Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Bimbingan 8 JP

Teori Gardner berpendapat bahwa kecerdasan bukanlah entitas tunggal dan monolitik, melainkan serangkaian modalitas yang berbeda, termasuk kecerdasan linguistik, logis-matematis, spasial, musikal, kinestetik-jasmani, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik.

Langkah awal, pendidik melakukan penilaian untuk mengidentifikasi kecerdasan dominan dan memanfaatkan informasi ini untuk merancang kegiatan individual memastikan bahwa profil unik setiap siswa dipertimbangkan dalam proses pembelajaran.

Mengakui dan mengakomodasi keragaman ini berarti mengakui bahwa setiap siswa memiliki profil kognitif yang unik, dengan kekuatan dan preferensi yang berbeda-beda.

Dengan menyelaraskan metode pengajaran dengan kecerdasan utama siswa, pendidik dapat meningkatkan keterlibatan dan mengoptimalkan hasil pembelajaran.

Salah satu kekuatan yang melekat pada teori Gardner adalah kemampuannya untuk mendorong kesetaraan dan inklusi dalam pendidikan.

 Dengan mengakui dan menghargai berbagai kecerdasan, pendidik dapat menciptakan lingkungan belajar yang menghargai keberagaman, mengurangi risiko marginalisasi siswa yang mungkin unggul dalam bidang tertentu.

Guru atau pendidik dapat memainkan peran penting dalam mengembangkan kecerdasan majemuk dengan mendiversifikasi pendekatan pengajaran mereka.

Menggabungkan berbagai kegiatan, proyek, dan penilaian melayani gaya belajar yang berbeda. Misalnya, mengintegrasikan alat bantu visual, eksperimen langsung, dan proyek kelompok mengakomodasi siswa dengan kecerdasan spasial, kinestetik, dan interpersonal.

Memanfaatkan teknologi dapat menjadi alat yang ampuh dalam memenuhi beragam kecerdasan. Aplikasi pendidikan interaktif, simulasi virtual, dan presentasi multimedia memungkinkan siswa untuk terlibat dengan konten dengan cara yang selaras dengan kekuatan mereka.

Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman tetapi juga membuat siswa termotivasi dan berinvestasi dalam pembelajaran mereka.

Peran sebagai pendidik yakni dapat mennyampaikan informasi potensi Siswa/i baik kepada Siswa itu sendiri maupun orang tuanya. Tujuannya agar dapat diarahkan untuk menggali potensinya lebih dalam pada pilihan karir nantinya.

Terakhir, upaya kolaboratif antar guru untuk berbagi wawasan, strategi, dan kisah sukses dapat menciptakan komunitas suportif dalam memaksimalkan potensi pendidik.

Cara Mendapatkan Sertifikat Pelatihan Kompetensi Pedagogi Tingkat Dasar

Pelatihan Guru untuk mempelajari kompetensi pedagogi tingkat dasar ini diselenggarakan secara online dan gratis, namun untuk mendapatkan e-sertifikat pelatihan anda harus mengisi formulir berikut ini terlebih dahulu dan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 20.000 setiap e-sertifikat.

Sertifikat akan dikirimkan melalui Whatsapp Bapak atau Ibu dengan rentang waktu 1-3 hari setelah proses pengisian formulir dan konfirmasi pembayaran. Semoga Bermanfaat!

Mohon maaf, Saat ini kami sedang melakukan pembaharuan perjanjian kerjasama dengan mitra. Sehingga selama ini proses pembelian sertifikat pelatihan belum dapat dilakukan.


Anda mungkin menyukai postingan ini:

Tidak ada komentar: